Selasa, 30 Juni 2009

TEKNOLOGI INFORMASI Hadirnya Generasi Ke-4 Komunikasi Nirkabel

Yuni Ikawati

Sejak diperkenalkan pada awal dasawarsa tahun 1980-an, sistem komunikasi bergerak nirkabel mengalami perkembangan pesat dari sisi kecepatan, jenis dan kualitas data, serta jarak jangkauannya. Kini pengembangan teknologi ini telah sampai generasi keempat.

Sejak muncul secara komersial pada awal 1983, sistem komunikasi nirkabel yang mobil yang memunculkan telepon genggam telah mengalami revolusi. Dengan memuat serangkaian inovasi teknologi di dalamnya, telepon genggam menjadi kian mungil tetapi berkapasitas tinggi dan makin berkualitas.

Pengecilan ukurannya tercapai karena berkembangnya teknologi mikroelektronika. Dengan ditunjang oleh teknologi informasi dan komunikasi, memungkinkan munculnya jangkauan layanan komunikasi telepon genggam yang kian luas. Fitur atau jenis data beragam juga dapat dipertukarkan, tidak hanya berupa suara, tetapi multimedia hingga ke video.

Layanan telekomunikasi bergerak ini umumnya menggunakan jaringan telepon seluler (ponsel). Jaringan ini tersusun dari banyak sel berbentuk heksagonal. Tiap sel dilayani oleh satu menara pemancar disebut base station (BS) yang meneruskan sambungan komunikasi hingga radius tertentu.

Oleh karena itu, agar komunikasi ponsel tidak terputus perlu menara dalam satu wilayah jangkauan tertentu (sel) bersinggungan dengan jangkauan sel lainnya.

Di daerah perkotaan, tiap sel memiliki jangkauan rata-rata 0,5 mil atau 0,8 kilometer, sedangkan di pedesaan jangkauannya mencapai 5 mil atau 8 km. Di areal terbuka, pengguna dapat menerima sinyal dari lokasi seluler dengan jarak 25 mil.

Regenerasi sistem ponsel dimulai sekitar 38 tahun lalu ketika telepon seluler pertama berhasil diterapkan secara komersial dalam jaringan ARP (auto radio phone) di Finlandia pada tahun 1971. ARP tergolong jaringan seluler generasi 0 (0G).

Sistem analog

Generasi pertama lahir di Amerika Serikat melalui tangan para insinyur di Laboratorium Bell AT&T. Generasi pertama yang menggunakan sistem analog ini disebut AMPS (Advanced Mobile Phone System) yang diperkenalkan Motorola pada tahun 1983.

Teknologi analog masih memiliki beberapa keterbatasan, antara lain dari segi mobilitas dan roaming antarnegara. Untuk mengatasinya, negara Eropa membentuk organisasi Group Special Mobile (GSM) untuk memelopori munculnya teknologi digital seluler yang kemudian dikenal dengan nama Global System for Mobile Communication (GSM).

Sistem analog pada generasi pertama ini kemudian digantikan dengan sistem digital yang lebih baik dari segi keamanan dan kapasitasnya dan biaya layanannya pun lebih rendah. Generasi kedua ponsel ini diwakili oleh munculnya GSM (Global System for Mobile Communication).

GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi seluler untuk seluruh Eropa. Sistem ini telah dikembangkan hingga memiliki kapasitas 1800 MHz dan sanggup menyediakan 375 kanal.

Pemakaian GSM kemudian meluas ke Asia dan Amerika, termasuk Indonesia. Indonesia awalnya menggunakan sistem telepon seluler analog yang bernama AMPS (Advanced Mobile Phone System) dan NMT (Nordic Mobile Telephone) kemudian beralih ke GSM. Pada akhir tahun 2005, pelanggan GSM di dunia telah mencapai 1,5 triliun pelanggan.

Pengembangan sistem 2G kemudian melahirkan generasi 2,5 G berupa berupa GPRS (General Packet Radio Service) dengan kecepatan pengiriman data hingga 307 kilobit per detik.

Pada tahun 2001 3G pertama kali diluncurkan secara komersial di Jepang oleh NTT DoCoMo pada standar Wideband CDMA (Code Division Multiple Access). Setalah itu jaringan 3G dengan teknologi CDMA diluncurkan pertama kali di Korea Selatan dan AS.

Sistem komunikasi tanpa kabel generasi ketiga hingga sistem WiFi (Wireless Fidelity) yang telah diterapkan di Indonesia digunakan untuk jaringan lokal nirkabel (Wireless Local Area Networks/WLAN).

Sistem ini awalnya ditujukan untuk penggunaan nirkabel jaringan area lokal (LAN), tetapi kini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet.

Belum lama ini mulai diperkenalkan WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) yang merupakan teknologi nirkabel yang menyediakan hubungan jalur lebar dalam jarak jauh. WiMAX merupakan teknologi broadband berkecepatan akses yang tinggi hingga 70 Mbps dan berjangkauan luas.

International Telecommunication Union (ITU) memperkirakan pelanggan ponsel di dunia akan mencapai 4,1 miliar pelanggan menjelang akhir tahun lalu. Akhir tahun 2007 pengguna jaringan 3G di dunia mencapai 295 juta orang. Layanan 3G bisa memberi keuntungan hingga lebih dari 120 miliar dollar AS selama tahun 2007.

Generasi keempat

Di samping kelebihannya, generasi kedua dan ketiga ini masih memiliki beberapa kekurangan, antara lain masalah interferensi dan kualitas pengirimannya yang masih rendah untuk komunikasi bergerak dalam kecepatan tinggi, kata Masashi Yano, Deputy General Manager Kyocera Corporation Jepang, dalam Forum International iBurst, di Jakarta, medio Juni lalu.

Kendala ini kemudian mendasari lahirnya generasi keempat yang disebut iBurst atau HC-SDMA (High Capacity Spatial Division Multiple Access). IBurst adalah teknologi kanal frekuensi lebar atau broadband nirkabel yang dikembangkan ArrayComm.

Optimalisasi lebar kanal dicapai dengan menggunakan beberapa rangkaian antena paralel yang dikembangkan perusahaan Jepang, Kyocera. IBurst diadopsi sebagai standar antarmuka radio HC-SDMA oleh Alliance of Telecommunications Industry Solutions (ATIS).

Dengan rangkaian antena yang dijajar melingkar dapat meningkatkan cakupan frekuensi radio, kapasitas, dan performansi sistem.

Sekarang sistem iBurst memungkinkan konektivitas hingga 1 Mbit per detik dan memungkinkan ditingkatkan hingga 5 Mbit per detik dengan protokol HC-SDMA.

Dengan iBurst dimungkinkan koneksi langsung bergerak baik di dalam dan luar ruangan seperti intranet di perusahaan, jaringan hotspot, dan modul komunikasi pada kendaraan dan telematik otomotif.

IBurst secara komersial telah diterapkan di 12 negara, yaitu di Afrika Selatan, Azerbaijan, Norwegia, Irlandia, Kanada, Malaysia, Lebanon, Kenya, Ghana, Mozambik, Kongo, dan AS.

Di AS, layanan komersial iBurst dimulai Mei 2007 di Dakota Selatan pada areal seluas 174 kilometer persegi yang diliputi oleh 10 BS.

Di kawasan perkotaan dari satu BS dapat melayani pengguna hingga radius 2,4 km dengan kecepatan 850 kbps. Adapun di daerah pinggiran downlink 1 Mbps mencapai hingga radius 5 km.

Perkembangan di Malaysia

Malaysia mendapat lisensi iBurst April 2007 dan mulai masuk tahap layanan komersial Oktober 2007 di Kuala Lumpur. Cakupannya meliputi 1.500 kilometer persegi areal di Lembah Klang dengan 78 BS.

Jaringan ini akan dikembangkan ke Penang, Johor Bahru, dan Kuching.

Layanan itu akan diluncurkan di delapan negara lainnya, termasuk Indonesia, pada tahun ini. Tahun ini iBurst di kelas 4G mulai diuji coba di Bandung dan Surabaya dan selanjutnya akan diterapkan di pedesaan, kata Ida Bagus Danny Premadhi, President Commissioner PT Pata Informatika Nusantara.

Uji coba iBurst dilakukan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya di kampung nelayan di sebelah timur kampus itu untuk menjadi SMA dan SMP.

Layanan yang akan diuji coba meliputi e-learning, telemedicine dan pemantauan lingkungan, dan video conference, urai Gamantyo Hendrantoro dari Pusat Penelitian ICT dan Multimedia ITS.

”Broadband Wireless Access ini ditujukan untuk mengatasi masalah kendala akses komunikasi masyarakat di pedesaan,” jelasnya.

Itu untuk mendukung pelayanan kesehatan di pedesaan dalam hal meningkatkan efisiensi dan cakupan layanan, mengeliminasi biaya transportasi, mendeteksi dini penyakit, mengurangi waktu menunggu, mendukung pendidikan kesehatan.

E-learning digunakan untuk memberi pelajaran pada kelompok khusus, memberikan pelajaran tambahan yang tidak tersedia pada kurikulum reguler, memfasilitasi siswa yang memerlukan pengulangan pelajaran, mendukung kebijakan wajib belajar untuk tingkat SMA di pedesaan.

Bila dipadukan dengan teknologi game, ini akan dapat memajukan pendidikan anak-anak di pedesaan. Mengatasi masalah di SD dan SMP di pedesaan seperti kekurangan staf pengajar dan materi pembelajaran serta metode pembelajaran yang kurang menarik. Pemantauan lingkungan di pedesaan bertujuan untuk meningkatkan produk pertanian dan deteksi dini bencana alam. Pengguna telepon mobile pada tahun 2003 menurut ITU lebih dari 1,1 miliar diperkirakan akan menjadi 3 miliar menjelang tahun 2015.

Di antara pengguna ponsel saat ini, MAS (Multi-antenna signal) processing, termasuk iBurst, telah dioperasikan pada lebih dari 300.000 BS di 17 negara.

Minggu, 28 Juni 2009

Krisis Surat Kabar Pelajaran di Tengah Prahara

Badai krisis keuangan di Amerika Serikat sejak tahun 2007, berkembang menjadi krisis ekonomi global, telah menyeret industri surat kabar negara itu jatuh bangkrut. Stop terbit, mengurangi pekerja, redesain, pun terjadi.

Di tengah upaya merespons gempuran perkembangan teknologi informasi (TI) dan komunikasi, industri surat kabar diempas krisis keuangan. Dari masa ke masa, media baru muncul menjadi alternatif bagi masyarakat. Dalam bukunya Media Now, Straubhaar (2009) menunjukkan fenomena terkini dari perkembangan media, antara lain ditandai kehadiran teknologi multimedia. Teknologi inilah yang memungkinkan terjadinya konvergensi teknologi media, telekomunikasi, dan komputer.

Perkembangan inovatif bidang TI dan komunikasi tersebut bukan hanya menantang produk dan layanan yang lebih dulu ada di pasar. Teknologi ikut memengaruhi gaya hidup masyarakat. Termasuk dalam pola konsumsi media, seperti beralihnya pembaca surat kabar cetak ke online. Media baru ini bukan hanya lebih mudah diakses, tetapi juga lebih murah serta cepat karena dapat diakses lewat telepon seluler.

Dari data yang dirilis Newspaper Association of America, pada tahun 2008, terjadi kenaikan jumlah pengunjung surat kabar online 12,1 persen. Pada tahun 2007 jumlah pengunjung 60 juta dan tahun 2008 meningkat menjadi 67,3 juta. Situs surat kabar nama besar paling banyak diakses, seperti The New York Times, USA Today, The Washington Post.

Krisis ekonomi juga menghantam industri periklanan, tulang punggung keuangan surat kabar. Pada tahun 2006 jumlah total pendapatan iklan industri surat kabar mencapai 49,5 miliar dollar AS, tahun 2008 anjlok 23 persen menjadi 38 miliar dollar AS. Nilai saham perusahaan surat kabar di bursa juga melorot (lihat tabel).

Dampak lebih jauh akhirnya merambah pada gelombang PHK. Sejak Juni 2007 hingga Mei 2009 jumlah karyawan yang kena PHK sudah mencapai 28.177 orang. Kabar terakhir, manajemen The Boston Globe tengah berunding dengan serikat pekerja terkait rencana pemotongan gaji karyawannya.

Pers gagal

Keprihatinan atas kebangkrutan industri surat kabar bukan hanya berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi juga demokrasi AS. Senator Benjamin L Cardin menyatakan, ”Kita perlu menyelamatkan komunitas surat kabar kita dan jurnalisme investigatif yang mereka lakukan.”

Wartawan investigasi Danny Schechter di British Journalism Review (Juni, 2009) mengakui, pers AS punya andil atas terjadinya krisis finansial di AS. Ada hubungan dialektik antara krisis finansial dan kegagalan media. Selain tidak mampu memberikan peringatan dini kepada publik, pers jarang melakukan investigasi terhadap berbagai penyimpangan dalam bisnis finansial, yang berlangsung antara tahun 2002 dan 2007. Media menikmati keuntungan miliaran dollar AS dari belanja iklan yang digelontorkan industri finansial dan real estate, tetapi tak ada sikap skeptis bagaimana uang itu diperoleh.

Wartawan The Washington Post, Walter Pincus, juga melakukan otokritik. Dalam tulisannya di Columbia Journalism Review (Juni, 2009), Pincus mengemukakan, manipulasi media mencapai tingkat tertinggi pada masa pemerintahan Bush. Banyak berita dari kegiatan kampanye public relations. Pers AS tidak kritis terhadap pemerintahan Bush saat membangun dukungan publik untuk menggulingkan Saddam Hussein. Padahal selain menelan korban ribuan jiwa, Perang Irak juga menguras keuangan negara.

Tergantung iklan

Industri surat kabar AS sejak lama ditopang pendapatan dari pelanggan dan iklan, tetapi komposisinya dari masa ke masa terus berubah. Hasil penelitian Robert G Picard (Newspaper Research Journal, 2004) dengan gamblang mengungkapkan perubahan dramatis dalam bisnis surat kabar AS. Pada tahun 1880 pendapatan bisnis surat kabar berasal dari pelanggan dan iklan dengan proporsi sama. Pada abad ke-20 industri surat kabar berupaya meraih jumlah pelanggan lebih besar dengan harga produk rendah, pendapatan iklan diupayakan meningkat. Lambat laun proporsi pendapatan dari iklan menggeser pendapatan surat kabar dari pelanggan. Penambahan modal industri surat kabar juga datang dari dana publik. Memasuki abad ke-21, ketergantungan industri surat kabar menjadi kian besar pada industri periklanan. Proporsi ketergantungan terhadap pendapatan dari iklan mencapai lebih dari 80 persen.

Tantangan jurnalisme

Ketergantungan terhadap iklan telah lama menjadi perhatian pakar media Robert McChesney. Dalam bukunya, The Problem of the Media: US Communication Politics In The 21st Century (2004), ia mengungkapkan bahaya komersialisasi berlebihan terhadap jurnalisme profesional. Dalam pusaran sistem ekonomi pasar bebas yang dianut AS, industri media menjadi salah satu industri penting.

Perusahaan surat kabar berubah menjadi sangat berorientasi mengejar keuntungan dan berkompetisi menguasai pasar. Tekanan kepentingan ekonomi dan politik neoliberal yang cenderung dominan kerap mengalahkan pertimbangan etis yang melandasi praktik jurnalisme profesional. Apalagi pemerintah membuat undang-undang ”kerahasiaan negara dan pencemaran nama baik”, yang mempersulit pers melakukan investigasi terhadap penyimpangan atau mengungkap skandal korporasi dan pemerintahan.

Dalam sebuah wawancara dengan wartawan, Presiden Obama mengatakan bahwa dia telah memetik pelajaran. Rakyat Amerika tak hanya punya toleransi, tetapi juga haus penjelasan dan rasa ingin tahu yang besar terhadap masalah-masalah sulit yang tengah dihadapi. ”Menurut saya, salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan Washington adalah mengarahkan Anda (wartawan) untuk menutupi masalah kepada publik”, tuturnya. (Newsweek, 16/5/2009).

Di tengah dinamika persaingan ketat, upaya beradaptasi terhadap perkembangan teknologi media baru, dan perubahan sosial budaya, pers harus tetap menjaga dimensi spiritual jurnalisme profesional. Mengungkap ”kebenaran” dan menjadi ”kompas” bagi masyarakat.

Yohanes Krisnawan Litbang Kompas

Blackberry dan "Payment Gateway"

Tak diragukan lagi, bangsa yang latah adalah bangsa yang hanya menggunakan Blackberry, smartphone, atau Pocket PC-nya untuk sekadar memoles gaya. Jauh dari versi latah ini, ternyata masih banyak perusahaan dan developer yang inovatif memanfaatkan teknologi untuk mempermudah kegiatan keseharian. Amir Sodikin

Paul Sabella, Presiden dan CEO perusahaan Charge Anywhere, begitu memukau peserta Wireless Enterprise Symposium (WES) yang digelar Research In Motion di Orlando, Florida, Amerika Serikat, Mei. Paul mempresentasikan sebuah payment gateway atau alat pembayaran bergerak sederhana yang bisa digunakan di mana pun asal ada koneksi internet.

Tak menyangka, di tangan Charge Anywhere, gadget kecil bernama Blackberry bisa menjadi alat yang bertenaga, sebagai sarana pembayaran yang aman untuk transaksi kartu kredit maupun kartu debit. Walau tampak remeh-temeh, metode Point of Sale (POS) Charge Anywhere sudah diakui dunia.

Charge Anywhere telah memenangi penghargaan Best of Interop Innovative Business Technologies Award untuk kategori keamanan terbaik bidang Payment Card Industry (PCI).

Dengan demikian, dari sisi keamanan, Charge Anywhere makin memimpin untuk penyediaan solusi pembayaran bergerak menggunakan kartu kredit atau kartu debit. ”Solusi kami bisa diterapkan secara efektif untuk usaha skala kecil sekalipun,” kata Paul.

”Aplikasi kami bisa berjalan di berbagai platform, termasuk Blackberry, Windows Mobile, J2ME, Wireless dan IP POS Terminal, Windows, dan QuickBooks,” kata Paul.

”Charge Anywhere memenangi penghargaan karena kompatibilitas PCI adalah masalah besar bagi bisnis ritel dan industri perbankan. Selama ini bisnis skala kecil merupakan yang terlemah dalam penggunaan kartu kredit,” begitu komentar juri Best of Interop, Tim Wilson.

Paul dengan Signature Capture Mobile Payment Solution, yang menyimpan proses elektronik secara digital, juga memenangi penghargaan Technology Innovation Award 2009 pada ajang Electronic Transactions Association (ETA) Annual Meeting and Expo, 13 Mei lalu.

Kreativitas developer

Di acara WES 2009, ratusan hingga mungkin ribuan developer berkumpul untuk meng-update informasi terbaru soal Blackberry. Minat para developer semakin tinggi karena adanya peluncuran Blackberry Enterprise Server versi 5.0 untuk pertama kali. Mereka meng-update informasi soal bagaimana mengintegrasikan berbagai program di bawah Blackberry.

Apa yang dilakukan Charge Anywhere sebenarnya sudah banyak dicoba para developer lainnya juga. Idenya sederhana: bagaimana agar pengusaha bisa menerima pembayaran hanya bermodalkan telepon seluler dengan koneksi internet yang ada.

Sistem pembayaran ini seolah mewujudkan mimpi kita bagaimana memberdayakan telepon genggam agar lebih produktif. Problem di negara berkembang, biasanya selalu jor-joran dengan perangkat bergerak tercanggih, tetapi mentok tak bisa memanfaatkan teknologinya, sekadar untuk SMS dan telepon.

Perangkat Charge Anywhere, selain membutuhkan perangkat bergerak, misalnya Blackberry atau smartphone yang mendukung J2ME atau yang berbasis Windows Mobile, juga membutuhkan perangkat Bluetooth card reader dan opsional printer mini untuk mencetak resi tanda terima.

Semua transaksi telah terenkripsi secara aman. Transaksi hanya bisa dilakukan oleh perangkat yang mendapat sertifikasi PCI DSS. Hanya enkripsi berbasis 128 bit yang bisa diterima, menggunakan https, dan SSLv3 support untuk menyempurnakan keamanannya.

Harus diakui, di dunia dan sudah pasti di Indonesia, payment gateway bergerak yang murah dan aman masih menjadi persoalan besar. E-commerce di Indonesia tidak berkembang salah satunya karena absennya solusi pembayaran yang mudah, aman, dan bisa dipercaya.

Sayang, Charge Anywhere belum merambah ke Indonesia. Namun, setidaknya ada harapan di masa depan bahwa kita bisa memercayai telepon genggam kita, apa pun mereknya asal platform-nya sesuai, sebagai bagian dari alat produktivitas, tak lagi sekadar barang konsumtif untuk gagah-gagahan.

"Server" Baru Blackberry dan Harapan Baru

Awalnya, Blackberry di kalangan tertentu dicibir karena dianggap sekadar jualan gaya. Namun, ketika komunitas developer perangkat lunak bergerak memperkaya aplikasi Blackberry, banyak pihak mulai memperhitungkan teknologi ini.

Di sini tak lagi akan dibahas soal teknologi push-mail Blackberry yang memudahkan penggunanya bisa menerima e-mail secara real time. Karena walaupun teknologi ini unik, persoalan e-mail ini sudah diselesaikan dengan baik oleh teknologi smartphone lainnya.

Research In Motion (RIM), perusahaan pembuat Blackberry, akhirnya merilis server baru bernama BES 5.0 di ajang Wireless Enterprise Symposium (WES) 2009 di Orlando, Florida, Amerika Serikat, Mei. Server ini dilengkapi sertifikasi Common Criteria Evaluation Assurance 4+ (EAL4+). Common Criteria merupakan standar internasional untuk keamanan produk.

”BES adalah perangkat bergerak pertama di dunia yang mendapatkan sertifikasi EAL4+. Sertifikasi ini merupakan komitmen RIM untuk menyediakan perangkat bergerak yang memenuhi standar keamanan bagi dunia bisnis dan organisasi,” kata Mike Lazaridis, Presiden dan CEO RIM yang juga pendiri Blackberry.

Isu keamanan memang sensitif dalam penggunaan perangkat bergerak, terutama jika sudah diaplikasikan di bidang bisnis, seperti finansial, asuransi, investasi, ritel, bantuan hukum, rumah sakit, dan sektor publik lainnya.

Salah satu keunikan Blackberry kini adalah upaya memberdayakan pelaku di belakang layar yang tak lain adalah server yang cerdas. Perlu dicatat, Blackberry sebagai sebuah perangkat tak akan menjadi apa-apa jika server-nya tak mumpuni.

Dengan memaksimalkan kecerdasan server, mimpi Mike Lazaridis, sang pendiri BlackBerry, untuk menggabungkan fungsi wireless dan komputer di satu perangkat bergerak bisa terwujud. Posisi server di Blackberry yang dominan ini sangat berbeda dengan teknologi bergerak non- Blackberry.

”Server baru kami, BES 5.0 atau Blackberry Enterprise Server versi 5.0, telah dilengkapi teknologi terbaru, di antaranya database mirroring via SQL Server 2005 dan fitur automatic failover untuk mem-backup fungsi server agar terus hidup tanpa insiden server mati,” kata Lazaridis.

Di teknologi Blackberry, perusahaan skala kecil yang berminat pun bisa memiliki server sendiri untuk mendukung kinerja perusahaannya. Fitur-fitur yang tidak disediakan provider telepon seluler bisa dimaksimalkan jika punya server sendiri.

Ajang developer

 

Perangkat bergerak Blackberry seolah menjadi komputer mini yang terhubung ke satu server. Rapat antarkaryawan antarpulau atau anternegara tak perlu dilakukan dengan tatap muka langsung karena bisa dilakukan lewat aplikasi teleconference.

Cisco merilis aplikasi WebEx Meeting Center untuk mendistribusikan fungsi-fungsi live media, seperti live streaming audio atau video. Presentasi live, telepon, panduan, dan aktivitas live lainnya dengan mudah juga bisa dilakukan.

Untuk mengurangi biaya telepon, T-Mobile merilis fitur baru bernama Wi-Fi Calling, yaitu telepon berbasis Wi-Fi yang jauh lebih murah.

Di sisi keamanan, developer telah memikirkan bagaimana melindungi percakapan dari penyadapan. Dengan perangkat lunak Cellcrypt, percakapan menjadi aman karena telah terenkripsi menggunakan Encrypted Mobile Content Protocol.

Banyaknya program PC maupun berbasis smartphone yang berbeda-beda memang merisaukan banyak pihak karena kompatibilitas menjadi isu utama. Namun, persoalan seperti ini lagi-lagi dimanfaatkan developer sebagai peluang usaha.

Blackberry yang dilengkapi perangkat lunak Blackberry Java Development Environment (JDE) versi 4.0 memang memudahkan komunitas developer mengembangkan berbagai program. Kelahiran Blackberry akhirnya menciptakan sendiri peluang pasar dan lahirlah industri-industri kreatif yang terkait.

Misalnya, perusahaan Impetus telah menyatakan diri sebagai ”Porting Factory”. Porting adalah istilah untuk menjelaskan usaha mengadopsi software dengan platform berbeda ke platform yang diinginkan. Dengan demikian, persoalan kompatibilitas ini sudah ada yang berusaha membuatkan jembatannya.

Ajang WES selalu dimanfaatkan operator telepon seluler untuk berbelanja dan mencoba menjajaki partner bisnis dengan developer program seluruh dunia. ”Event seperti ini jadi ajang kami melihat-lihat produk dan jika menarik ya dibeli,” kata Divisi Head Product Strategi Mail and Messaging Indosat Agung Wijanarko.

Indosat dalam kesempatan itu ternyata sekaligus menandatangani kontrak eksklusif dengan salah satu developer software, yaitu SmrtGuard. ”Ini kontrak eksklusif kami dengan Indosat, di Indonesia software kami ini nantinya akan diberi label i-Guard,” kata Robert Kao, pendiri SmrtGuard,

SmrtGuard adalah kisah anak-anak muda Asia, yang bersaing di industri teknologi informasi Amerika Serikat. Selain Kao yang berasal dari Taiwan dan lulusan Amerika Serikat, SmrtGuard merekrut anak-anak muda dari Asia, seperti India dan Filipina.

 

 

 

 

”Server” sendiri

Tentang bagaimana membuat server Blackberry sendiri dan biayanya berapa, hingga kini masih didominasi peran provider telepon seluler. Jadi, berbeda dengan teknologi server web yang dengan mudah bisa di-install perseorangan asal punya koneksi internet memadai dan punya alamat IP publik.

Jika kini industri server web telah menjadi industri masif di kota-kota besar dunia dengan label web hosting, tampaknya industri server Blackberry juga diprediksikan bisa bergerak ke situ. ”Memang sudah mulai ada wacana bagaimana menyediakan layanan hosting Blackberry di datacenter umum, tapi sejauh ini belum banyak,” kata seorang peserta WES 2009 dari Indonesia.

Di negara maju yang melek teknologi soal server, mereka sudah akrab dengan instalasi membuat server sendiri di rumah. Memang, selain BES yang identik untuk keperluan perusahaan, Blackberry juga menyediakan software server gratis bernama Blackberry Professional Software (BPS).

BPS ini bisa digunakan dengan jumlah klien mulai dari 1 orang hingga 30 orang. Jika ingin lebih dari 30 orang, harus upgrade ke versi BES. Adapun BES bisa digunakan untuk klien mulai dari 20 orang hingga 1.000 orang.

Secara prinsip, cara kerja BES dan BSP ini juga sama, kedua-duanya membutuhkan otentifikasi dari Blackberry Kanada. BSP dan versi trial BES ini bisa diunduh dari situs web Blackberry.

Jika kita meng-install BSP di rumah kita, prinsipnya seperti ini: jika ada e-mail dikirim, setelah e-mail masuk di server e-mail perusahaan pengelola e-mail kita (misal Gmail, Hotmail, Yahoo, atau domain perusahaan kita sendiri, misal Kompas.com), e-mail akan ditarik oleh komputer server kita di rumah yang sudah di-install BSP. Oleh BSP, e-mail akan mengalami kompresi atau dikecilkan ukurannya, dienkripsi, dan diteruskan ke perangkat Blackberry lewat internet menggunakan jaringan telepon seluler. Pesan akhirnya diterima perangkat Blackberry, kemudian e-mail didekripsi, didekompres.

Semudah itu kah? Ya, betul! Bahkan, instalasi server BES pun juga mudah karena sekarang perusahaan, seperti VMware vSphere, telah memudahkan virtualisasi pengelolaan server, mulai dari instalasi hingga pengelolaan harian.

Namun, di Indonesia, masalah BSP dan BES ini memang tak tersosialisasikan dengan baik karena pada umumnya kita hanya pengin ”terima bersih” saja dari operator telepon seluler, yang penting e-mail sudah masuk di handset kita. (Amir Sodikin)
Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Anda