Sabtu, 27 Desember 2008

Gaya Kampanye

s
Belajar dari Obama, Jaring Dukungan Lewat Facebook
Sabtu, 27 Desember 2008 | 00:40 WIB

Sutta Dharmasaputra dan Aryo Wisanggeni

Salah satu faktor penentu kemenangan Barack Obama dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat, awal November lalu, adalah berhasil menggaet pendukung di dunia maya. Selain membuat situs barackobama.com, ia juga mendekatkan diri dengan pendukungnya melalui banyak situs, termasuk situs jejaring sosial, salah satunya Facebook.

Berkaca kepada pengalaman pemilihan presiden AS tersebut, media alternatif seperti situs pribadi, portal video YouTube, portal jaringan Facebook, atau pesan layanan singkat memang sangat memengaruhi pencitraan kandidat.

”Kelompok yang paling terpengaruh dengan media alternatif itu adalah pemilih pemula yang relatif merupakan swingvoters,” ujar pakar komunikasi Emerson College’s Department of Communication Studies di Boston, AS, Prof Dr J Gregory Payne, dalam diskusi Guyon Politik Kosong-kosong di Kafe Phoenam, Makassar, awal Desember lalu.

Payne menyatakan, untuk kondisi Indonesia, media alternatif yang paling efektif sebagai alat kampanye baru adalah pesan layanan singkat.

Bersaing di Facebook

Menghadapi Pemilu 2009, para bakal calon presiden di Indonesia juga tidak mau ketinggalan. Mereka semua memanfaatkan Facebook. Bagi pengguna Facebook, coba saja ketik nama bakal capres yang sekarang ini banyak bermunculan di media, pasti nama mereka dapat ditemukan.

Tentu saja, jangan bayangkan para kandidat capres itu bakal bersusah payah memutakhirkan data, mengisi wall atau menjawab berbagai pesan dari kita. Pastilah para kandidat capres memiliki tim Facebook yang kerjanya khusus mengelola situs tersebut.

Anggota DPR pun banyak yang memiliki akun di Facebook. Bahkan, ada beberapa anggota legislatif yang setiap saat memutakhirkan informasi di Facebook, seolah-olah hal itu menjadi pekerjaan utamanya.

Yuddy Chrisnandi, sebagai bakal calon presiden termuda, merasa bahwa berinteraksi dengan pendukung melalui Facebook sebagai sebuah kebutuhan. Jusuf Kalla, sebagai bakal calon presiden tertua, juga tidak mau ketinggalan membuat Facebook.

Facebook juga dilirik mantan Presiden Megawati Soekarnoputri yang kembali mencalonkan diri maupun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang akan mempertahankan kursinya.

Bakal calon presiden lain pun tak mau ketinggalan kereta. Sebut saja Wiranto, Amien Rais, Sutiyoso, Sultan Hamengku Buwono X, Prabowo Subianto, Hidayat Nur Wahid, dan Fadjroel Rachman.

Pengguna internet di AS memang belum bisa dibandingkan dengan pengguna internet di Indonesia. Berdasarkan data di situs internetworldstats.com, pengguna internet di AS pada tahun 2008 adalah 220.141.969 orang dari 303.834.646 penduduk atau 72,5 persen. Sedangkan pengguna internet di Indonesia, dari total penduduk 237.512.355 jiwa, hanya 10,5 persennya. Namun, jumlah itu pun tidak bisa dikatakan sedikit, yaitu 25 juta orang.

Strategi Obama

Payne mengingat bagaimana pada awal kemunculannya Obama tidak diperhitungkan dalam kancah persaingan pemilihan presiden AS.

”Kalau Anda bertanya kepada saya pada tahun lalu, siapa yang akan memenangi pemilihan presiden AS, jawaban saya pasti Hillary Clinton. Namun, Barack Obama yang mampu memobilisasi dukungan jurnalis, menggunakan media alternatif secara cemerlang, mampu membalik keadaan itu dan sekarang terpilih menjadi presiden,” katanya.

Payne menyatakan bagaimana Obama memanfaatkan portal jaringan Facebook. ”Di Facebook, Obama memiliki 300.000 teman yang terhubung langsung. Sementara Hillary hanya memiliki 30.000 teman,” katanya.

Kelebihan Obama lainnya, lanjut Payne, adalah ia mahir berpidato dan memainkan isu strategis yang diinginkan pemilih muda. Obama juga mahir bekerja sama dengan jurnalis untuk membentuk pencitraan dirinya dan meyakinkan publik bahwa dirinyalah yang layak menjadi presiden AS.

Payne menambahkan, Obama orang yang kredibel. Sejak lama ia bekerja di kalangan akar rumput, melakukan advokasi dan menggalang dukungan dari kalangan akar rumput.

Obama juga konsisten menolak perang. Ia memiliki nama dan latar belakang yang menarik perhatian. Ia memiliki segala kelebihan itu. ”Akan tetapi, siapa yang akan menyebarluaskan jati diri Obama yang bagus itu? Apa yang terjadi jika tidak ada jurnalis? Obama sadar betul akan hal itu, dan sejak awal ia membangun tim kampanye dan tim media yang sangat bagus,” katanya.

Payne mencontohkan bagaimana kerja sama jurnalis dan Obama mampu membentuk citra Obama sebagai orang baru, muda, dan membawa perubahan.

”Bayangkan bagaimana Obama mendeklarasikan pencalonannya di Springfield, Illinois. Di podium yang sama, tahun 1858, Abraham Lincoln mendeklarasikan penghentian perbudakan, emansipasi orang keturunan Afrika di AS, dan perlakuan sama di depan hukum bagi semua orang di AS. Orang mengenang Lincoln sebagai seorang senator, muda, dan membawa perubahan pada masa sulit karena terjadi perang saudara. Obama adalah seorang senator, muda, dan menjanjikan perubahan pada masa sulit setelah terjadi perang Irak,” kata Payne.

Peranan media

Payne menyatakan, sepuluh jurnalis asal Indonesia telah meliput dan belajar melihat bagaimana media massa maupun media alternatif memainkan peranan dalam kampanye presiden AS. ”Tahun depan, di Indonesia ada Pemilu 2009. Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia. Kami dari AS pun ingin melihat bagaimana peranan media dalam kampanye pemilihan umum dan pemilihan presiden 2009,” kata Payne.

Payne mengakui, media alternatif berbasis internet belum tentu berhasil di Indonesia karena sebagian besar rakyat Indonesia belum melek internet.

”Akan tetapi, ada media alternatif lain, yaitu pesan layanan singkat. Pesan layanan singkat pernah membalik sejarah politik dan hasil kampanye di Spanyol, hanya karena seorang kandidat salah mengomentari bom Madrid. Dalam dua hari terakhir, opini publik berpaling dari kandidat itu. Indonesia adalah negara pengguna pesan layanan singkat terbesar di Asia Tenggara setelah Filipina. Saya yakin pesan layanan singkat akan efektif untuk Pemilihan Umum 2009,” kata Payne.

Pemilu presiden 2009 masih tersisa sekitar tujuh bulan. Masih banyak waktu bagi pemilih untuk menimbang-nimbang kandidat mana yang paling tepat untuk memimpin negeri ini. Jendela di dunia maya menjadi salah satu alat teropong kita.

Senin, 22 Desember 2008

Terobosan Teknologi


Antena Wajanbolic dari Bantul

Keterbatasan dana tidak membuat warga Desa Timbulharjo, Sewon, Bantul, DI Yogyakarta, kehilangan akal untuk bisa mengakses internet. Mereka memanfaatkan antena wajanbolic sebagai penangkap jaringan internet. Karena bahannya dari wajan, biaya pun jauh lebih murah.

Berawal dari bantuan internet sebuah lembaga swadaya masyarakat kepada Radio Komunitas Angkringan tahun 2005, para pengelola radio mulai berpikir untuk menyebarkan koneksi tersebut.

”Kami melihat sangat mubazir bila yang mengakses internet hanya pengelola radio. Padahal, masih banyak yang membutuhkan. Banyak pelajar dan mahasiswa yang sering datang ke sekretariat radio hanya untuk mengakses internet,” kata Jaswadi, anggota komunitas Angkringan Desa Timbulharjo, awal Desember.

Para pengelola pun berencana menyalurkan internet ke rumah-rumah warga. Awalnya pengelola tidak yakin dengan rencana itu karena biayanya pasti sangat mahal. Untuk membeli antena grid saja dibutuhkan dana Rp 750.000, belum lagi USB wireless dan peralatan pendukung lainnya. Mereka pun patah semangat.

Setelah mendengar informasi seputar teknologi wajanbolic di media cetak dan televisi, niat mereka kembali tergugah. Mereka pun mengumpulkan literatur tentang metode pembuatan wajanbolic. Meski harus melakukan trial and eror berkali-kali, mereka tetap bersemangat.

Pada tahun 2007, akhirnya terciptalah antena wajanbolic pertama dan langsung diujicobakan ke salah satu dusun. Hasilnya sangat memuaskan karena koneksinya sangat lancar.

Antena wajanbolic berfungsi sebagai pengganti antena grid. Artinya, dana bisa ditekan hingga Rp 750.000. Untuk membuat wajanbolic dibutuhkan wajan aluminium atau stainless, pipa pralon diameter sekitar 10 sentimeter, aluminium foil, dan kawat kuningan. Antena tersebut masih harus dilengkapi dengan USB wireless atau radio wireless. ”Kalau USB jangkauan koneksi sekitar 15 meter, radio bisa mencapai 100 meter. Harga USB sekitar Rp 450.000, sementara radio Rp 800.000,” katanya.

Menurut Jaswadi, sebagian besar yang dipasang di Desa Timbulharjo adalah jenis USB. Dengan teknologi tersebut, rumah-rumah yang letaknya kurang dari 15 meter dari antena tetap bisa memperoleh jaringan internet. Namun, praktik di lapangan, masih jarang rumah di sekitar antena yang memanfaatkan.

Para pengelola berharap antena wajanbolic bisa dimanfaatkan sebanyak mungkin rumah tangga. Pengelola pernah melakukan survei dan diketahui pemilik komputer tiap RT di Timbulharjo sebanyak 2-3 orang. Di desa tersebut ada 150 RT. Jadi, total komputer yang tersedia 300-450 unit.

Untuk tiang penyangga, warga memanfaatkan bambu karena harganya lebih murah. Ketinggian tiang sangat bergantung pada kondisi dusun. Bila lokasinya di daratan rendah, dibutuhkan tiang lebih tinggi. Di desa tersebut panjang tiang rata-rata 10-15 meter.

Dari total 16 dusun di Desa Timbulharjo, kini 13 di antaranya tersambung internet. Sebagian besar pengakses adalah kalangan pelajar, mahasiswa, dan perajin kecil. Pengelola berambisi segera memperluas jaringan internet ke tiga dusun lainnya. Namun karena kendala biaya, ambisi tersebut terpaksa kandas.

Petrus, perajin handicraft yang sudah memanfaatkan koneksi internet wajanbolic, selama setahun mengaku sangat senang dengan kehadiran teknologi tersebut. Awalnya, ia sama sekali tidak memanfaatkan dunia maya untuk membantu usahanya karena kendala biaya.

”Wilayah kami belum terakses Speedy sehingga kalau mau pasang internet terpaksa pakai broadband yang biayanya lebih mahal,” katanya.

Setelah ada wajanbolic, Petrus mulai memanfaatkan komunikasi via e-mail untuk menghubungi pembeli. Ia juga menawarkan produk lewat internet. Selain mempermudah pekerjaan, teknologi internet juga menghemat biaya komunikasi. Sebelumnya, Petrus berkomunikasi dengan pembeli menggunakan telepon.

Petrus membayangkan seandainya teknologi wajanbolic tersebut diadopsi untuk desa-desa lain di Kabupaten Bantul, nasib perajin sepertinya pasti akan cukup terbantu. Apalagi di Bantul banyak desa yang menjadi sentra kerajinan, seperti Kasongan, Wukirsari, dan Krebet.

Server internet diletakkan di sekretariat Radio Angkringan di Balai Desa Timbulharjo. Pengelola tak menarik biaya langganan koneksi karena motivasi mereka bukan untuk bisnis, tetapi untuk membantu masyarakat dalam mengakses informasi.

Radio Angkringan dikelola 10 orang pemuda dan pemudi di Desa Timbulharjo. Komunitas tersebut lahir pada tahun 2000 karena latar belakang adanya gejolak sosial di tingkat masyarakat. ”Sekitar tahun 1999, di desa kami sering terjadi konflik karena banyak program pemerintah desa yang tidak transparan. Kami pun berusaha menjembatani dengan membentuk komunitas Angkringan,” kata Linangkung, anggota komunitas yang juga bekerja sebagai wartawan di salah satu media cetak lokal.

Menurut Linangkung, perhatian pemerintah daerah setempat selama ini sangat minim. Ia berharap ada bantuan peralatan untuk ketiga dusun yang belum tersambung tersebut.

Lewat radio komunitas, komunikasi antarwarga pun terjalin lebih erat. Radio yang mengudara pada frekuensi 107,8 MHz itu siaran pada pukul 19.00-23.00. Waktu siaran sengaja dipilih malam hari karena sebagian besar pengelola adalah pekerja.

”Kalau siang kami semua harus bekerja. Baru malam bisa siaran. Materi siaran biasanya seputar informasi pertanian, pemerintahan desa, dan hiburan,” katanya.

Kehadiran teknologi internet seharusnya juga bisa memajukan radio komunitas. Lewat rumah masing-masing, warga bisa mengirimkan informasi via internet. Oleh radio komunitas, informasi itu lalu disebarluaskan saat menyapa pendengarnya. Alangkah mudahnya akses informasi bila hal itu bisa terwujud.
(ENY PRIHTIYANI)

Pengendalian Akses Jejaring Sosial


Social networking adalah inti dari kehidupan online. Koneksi internet membantu manusia terkoneksi dan berbagi informasi, dan kini jumlah yang terkoneksi sudah melampaui angka-angka yang tidak diperkirakan sebelumnya. Kalangan administrator teknologi informasi sudah mulai mencemaskan koneksi peer-to-peer, di mana jutaan pengguna saling berbagi konten.

Perusahaan pun mulai mengadopsi aplikasi yang sama, dengan alasan yang sama dengan para pengguna, yaitu karena layanan tersebut menawarkan cara cepat dan mudah untuk tetap dapat berhubungan, mengorganisasi aktivitas, dan berbagi ide.

Namun, kalangan eksekutif bisnis dan TI perusahaan kini memiliki alasan untuk waspada. Alasan pertama adalah kekhawatiran bahwa aplikasi seperti ini akan mengonsumsi waktu produktivitas pegawai. Alasan kedua, situs social networking bisa menjadi sarang virus, serangan hacker, dan phishing. Alasan ketiga, dari trafik konten pada situs social networking bisa mengonsumsi bandwidth untuk kebutuhan bisnis.

Sama seperti instant messaging (IM), aplikasi social networking pada akhirnya dapat mencari jalannya sendiri. Social networking dapat mengganggu pekerjaan utama pegawai sehingga lebih mudah untuk membatasi daripada memonitor dan mengatur penggunaannya.

Berbagai Kebijakan

Keputusan untuk memperbolehkan atau tidak akses aplikasi seperti ini sangat sulit untuk dilakukan secara tegas. Kebijakannya akan bergantung pada aplikasi, kebutuhan tingkat keamanan, dan infrastruktur jaringan.

Pada pendekatan kebijakan application based, misalnya, blocking akses aplikasi social networking adalah salah satu cara untuk mengatasi hal ini. Namun, proxy server dapat dengan cepat dan mudah dimanfaatkan untuk mengelabui URL-blocking yang sederhana. Aplikasi modern yang dirancang untuk dapat bekerja dengan infrastruktur jaringan yang beragam sangat jarang yang mensyaratkan infrastruktur stabil dengan port number yang terdefinisi secara tetap sehingga membuatnya semakin sulit untuk dideteksi dan diatur.

Adapun mereka yang melakukan pendekatan kebijakan korporat, meski hanya sedikit organisasi yang sudah mengaplikasikan kebijakan tanpa pengecualian untuk seluruh jaringannya, kebanyakan memulainya dengan mempersiapkan panduan umum. Berbekal kebijakan untuk memblokir atau mengatur trafik peer-to-peer, mereka dapat mengadaptasikannya untuk mengecualikan beberapa hal, tetapi tetap mengatur ataupun memblokir yang lain.

Sedangkan dalam penerapan kebijakan untuk pengguna, melihat bahwa meskipun sebuah kebijakan yang konsisten sudah diterapkan pada seluruh network, tetap saja kebijakan tersebut akan berbeda untuk setiap kategori pengguna. Cara paling sering digunakan untuk mengendalilkan akses aplikasi adalah membatasi akses pengguna dari resource yang digunakan, contohnya dengan mengizinkan kontraktor mengakses e-mail server, tapi tidak sampai ke database keuangan. Namun, metode seperti ini tidak dapat mengendalikan penggunaan aplikasi itu sendiri.

Mengimbangkan persyaratan

Walaupun perusahaan Anda telah mengidentifikasi kebutuhan bisnis untuk aplikasi social networking atau memutuskan untuk mengikuti tren, mengatur penggunaan aplikasi pada jaringan korporat intinya adalah pada keseimbangan prioritas, seperti security, quality of service, visibility, dan control.

Tidak ada satu kumpulan kebijakan yang dapat memenuhi semua persyaratan tiap bisnis, di mana persyaratan kebutuhan, tingkat keamanan, dan kinerja jaringan berbeda antarintraorganisasi. Terutama kebijakan untuk hak akses, harus merefleksikan keunikan jaringan, tipe pengguna dan/atau kebutuhan perangkat jaringan yang membutuhkan akses jaringan berbeda, level akses jaringan yang dibutuhkan dan informasi yang dilindungi.

Meskipun diaplikasikan pada jaringan suatu korporat atau untuk penggunaan individual, kebijakan yang efektif membutuhkan identifikasi akurat untuk trafik aplikasi. Karena, identifikasi aplikasi berdasarkan port number yang digunakan sudah tidak bisa diandalkan lagi, banyak organisasi sekarang menciptakan peraturan aplikasi menggunakan intrusion prevention systems (IPS). Perangkat IPS menggunakan kemampuan mereka dalam melakukan dekode protokol untuk mengidentifikasi trafik aplikasi secara cepat dan akurat. Kebijakan kemudian dapat digunakan untuk menutup aplikasi individual atau sekumpulan aplikasi, atau mengikuti persyaratan QoS.

Dilengkapi dengan alat untuk mengidentifikasi trafik aplikasi secara akurat, perusahaan dapat mengimplementasikan kebijakan korporat berdasarkan aplikasi individual atau kelompok, walaupun kebijakan ini jarang memenuhi persyaratan perusahaan yang sedang berkembang.

Beberapa alat IPS dapat mengidentifikasikan tak hanya tipe dari trafik aplikasi, tetapi juga trafik yang berhubungan dengan fitur aplikasi individual secara lebih detail. Tingkatan detail ini memberikan kontrol yang dibutuhkan untuk memasang dan mengatur aplikasi secara efektif.

Pengguna dan aplikasi

Kebijakan yang menyamakan pengguna dengan alamat IP, seperti pada firewall, tidak dapat digunakan dalam lingkungan perusahaan modern. Kebijakan berdasarkan pengguna membutuhkan solusi network access control (NAC) untuk menyediakan informasi yang akurat. Contohnya pengguna Joe Smith ketimbang 192.168.1.235. Tapi mengidentifikasikan pengguna tidaklah cukup. Harus ada cara untuk menerapkan kebijakan kepada pengguna dan aplikasi.

Kemajuan dalam NAC dan produk IPS telah meningkatkan interoperabilitasnya. Solusi NAC dapat mengidentifikasi pengguna atau perangkat yang mengakses dan menentukan apakah suatu akses itu sah. NAC dan IPS dapat bekerja sama untuk mengisolasi ancaman pada jaringan sampai ke pengguna atau perangkat, membantu perusahaan meringankan ancaman secara cepat, dan meminimalkan downtime jaringan dan penggunanya.

Untuk penggunaan sehari-hari, kebijakan pada jaringan memastikan bahwa aplikasi mission-critical mendapat bandwidth yang memadai, dengan aktivitas social networking dan aktivitas prioritas rendah lainnya hanya untuk yang diperbolehkan menggunakannya, dan hanya mengonsumsi kapasitas sebanyak yang diperbolehkan. Sementara, kebijakan keamanan melindungi jaringan korporat dari virus, spyware, dan ancaman lainnya yang mungkin bisa terunduh dari situs social network.

Keuntungan dari pendekatan terkoordinasi ini akan dirasakan ketika jaringan sedang diserang, baik dari ekternal maupun internal. Ketimbang merespons secara sepihak, IPS dan solusi NAC dapat bekerja sama.

Banyak perusahaan yang akan memilih kebijakan social networking antara akses terbuka dan pemblokiran secara keseluruhan. Menggunakan kebijakan kontrol akses yang bervariasi dan solusi interoperabilitas yang dapat dikustomisasi membuatnya bisa memberikan akses kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa saja mereka mau, dengan mengadaptasikan izin dan pertahanan sesuai kebutuhan untuk mengatasi ancaman dari internal maupun eksternal.

Ronny Tedjalesmana Sumantri Country Manager Juniper Networks Indonesia

Komputer Ultra


Penuhi Kebutuhan Fitur Teknologi UMPC



Sering kali kita dibingungkan dengan berbagai istilah yang dihadirkan oleh para produsen komputer pribadi atau PC yang membedakan antara ultra mobile PC dan netbook, komputer ukuran kecil dirancang hanya untuk mengakses jaringan internet dan dijual dengan harga yang sangat terjangkau.

Para konsumen awam senang untuk membandingkan antara ultra mobile PC (UMPC) dan netbook karena ukurannya yang kecil, menggunakan layar monitor dari 5 inci (12,7 cm diagonal) sampai dengan 11 inci (27,94 inci diagonal), walaupun keduanya sering kali memiliki spesifikasi perangkat keras yang mirip.

Sementara perbedaan pokok di antara keduanya sebenarnya mudah untuk dikenali. Produk UMPC sering kali lebih mahal ketimbang netbook, memiliki layar sentuh sebagai teknologi mutakhir yang sekarang menjadi tren penting kemajuan teknologi komunikasi informasi serta memiliki fitur yang lebih lengkap.

Biasanya, konsumen langsung mengurungkan niatnya begitu mengetahui harga yang dijajakan untuk berbagai produk UMPC lebih mahal ketimbang netbook yang sekarang digemari banyak orang, tua dan muda. Namun, mereka yang memerlukan berbagai fitur ketika harus mengadakan perjalanan akan memahami mengapai UMPC menjadi produk serius yang tidak hanya meminiaturisasikan sebauh komputer PC.

Kawan mobilitas

Di tengah hiruk- pikuk netbook dengan persaingan harga yang dijajakan para produsen atas berbagai notebook dan netbook, Fujitsu, produsen notebook terkenal asal Jepang, memperkenalkan produk UMPC-nya yang terbaru, yakni seri Lifebook U2010. Produk U2010 ini sebenarnya merupakan generasi kedua seri UMPC buatan Fujitsu sebelumnya yang dikenal dengan Lifebook U1010 yang sangat inovatif dan memiliki ciri fitur yang menarik dibandingkan dengan produk sejenis yang ada di pasaran (baca juga Kompas, 23/7/2007).

Yang membedakan Lifebook U2010 dengan seri sebelumnya adalah desain yang ditampilkan sekarang berbeda dengan sebelumnya, tidak lagi memiliki lekukan yang keluar dari garis simetris rancang bangun UMPC, yang pada seri U1010 digunakan sebagai tempat antena untuk menerima sinyal selular 3,5G mengakses jaringan nirkabel kecepatan tinggi.

Lifebook U2010 yang terbaru, selain tetap mempertahankan akses kecepatan tinggi HSDPA dengan kecepatan 7,2 Mbps, tampil secara lebih elok dengan desain piano finish tanpa ”kuping antena” di bagian kiri dan kanan seperti pada seri sebelumnya. Sepertinya para insinyur di Fujitsu sekarang mampu untuk menyembunyikan berbagai antena akses jejaring kecepatan tinggi, baik 3,5G maupun WiFi, dengan memasang antena pada pinggiran monitor U2010.

Yang menarik dari kehadiran Fujitsu U2010 ini adalah di negaranya sendiri, Jepang, produk kecil dengan berat sekitar 610 gram ini juga dilengkapi dengan perangkat keras tambahan GPS untuk menentukan posisi global memanfaatkan satelit. Jadi, produk U2010 sesungguhnya menjadi mobile companion yang utuh, memiliki beragam fitur yang tidak dimiliki produk sejenis lainnya yang ditawarkan di pasaran.

Memenuhi kebutuhan

Lifebook U2010 dengan layar monitor 5,6 inci (diagonal 14,22 cm), yang bisa dilipat menjadi seperti TabletPC, juga dilengkapi dengan model hard disk baru SSD (solid state disk) sebesar 64 GB, dan prosesor Atom z530 buatan Intel Corporation. Banyak pemerhati industri notebook mempertanyakan kebijakan Fujitsu untuk menggunakan prosesor Atom ini karena prosesor mutakhir yang tersedia sekarang di pasaran adalah prosesor Atom n270.

Perbedaan kedua seri prosesor Atom buatan Intel ini adalah pada seri z530 mampu mendukung teknologi virtualisasi dan menghasilkan panas akibat proses komputasi sebesar 2 watt ketimbang seri Atom n270 yang lebih besar mencapai 2,5 watt. Memang sulit untuk membedakan kedua seri prosesor Atom ini karena masing-masing memiliki fitur dan kinerja yang mirip satu sama lain dengan L2 cache sebesar 512 KB dan clock cycle yang sama.

Kinerja yang terbaru pada U2010 yang memiliki pilihan warna ocean black, pink gold, cool silver, fuschia red, dan luminous blue adalah fitur transmisi radio FM yang bisa dijadikan sebagai sebuah radio digital untuk mendengarkan radio oleh penggunanya. Selain itu, U2010 juga memiliki sebuah tombol zoom yang akan memperbesar tampilan monitor seperti menggunakan kaca pembesar, sebuah persoalan yang selama ini dianggap mengganggu karena tampilan (terutama teks) yang terlalu kecil.

Tampilan huruf-huruf yang kecil karena resolusi monitor juga menjadi lebih tajam dengan 1.280 x 800 piksel pada layar monitor LCD sehingga menjadikan produk mungil ini tampil seperti komputer desktop ketika terhubung ke monitor eksternal atau proyektor. Penambahan resolusi layar monitor ini (pada seri U1010 resolusi yang ditampilkan adalah 1.024 x 768 piksel), menjadikan gambar dan teks lebih tajam dan jelas terlihat.

Posisi SIM Card GSM dengan modem 3,5G di balik baterai yang bisa bertahan sampai dengan 8 jam (tergantung aplikasi) menjadikan produk komputer kecil buatan Fujitsu ini sebagai produk perangkat keras one-featured stop, memiliki semua kebutuhan yang diinginkan pengguna dalam memanfaatkan kinerja komputer pribadi yang mudah dan ringan untuk dibawa ke mana-mana. (rlp)

Industri Kreatif


Sejak lama industri kreatif berbasis teknologi komunikasi informasi tumbuh dan berkembang tanpa memperoleh perhatian dan dukungan banyak pihak, baik pemerintah, operator telekomunikasi, dan lainnya. Kreativitas di negara kita selama ini dianggap sebagai mediocre yang tidak memiliki perlindungan dan dilecehkan secara intelektual ataupun secara bisnis.

Kehadiran dan pesatnya kemajuan teknologi komunikasi informasi sebenarnya mempunyai peluang yang luas yang bisa menguntungkan tumbuhnya sebuah lingkungan hubungan industri kreativitas menuju kesejahteraan bersama. Bersama artinya industrinya menjadi efisien dan keuntungan pun dijunjung dan disebar secara adil mengikuti prinsip-prinsip keadilan dan kesejahteraan.

Jangankan bersaing dengan negara lain, merebut pasaran luar negeri, untuk dihormati di negeri sendiri sering kali sulit rasanya karena ketidakpedulian lingkungan masyarakat untuk menempatkan industri kreatif dalam konteks yang benar dan adil. Banyak contohnya kalau kita jeli melihat apa yang sebenarnya terjadi di sekeliling kita.

Pembajakan hak cipta atas karya intelektual, apalagi di tengah derasnya perkembangan teknologi komunikasi informasi, selama bertahun-tahun tidak pernah diselesaikan tuntas memberikan kepastian secara hukum dan ekonomi untuk melindungi industri kreativitas kita.

Bagi hasil secara ekonomi dan bisnis di kalangan industri kreatif sendiri pun masih pincang kalau tidak mau dikatakan tidak adil. Lihat hubungan antara para penyedia jasa isi (content provider) dan industri telekomunikasi, misalnya. Kita tidak melihat sama sekali prinsip sama-sama untung dan condong menjadikan perusahaan-perusahaan start-up atau usaha dengan modal kecil dan menengah tidak bisa berkembang akibat dominasi industri telekomunikasi.

Pertanyaannya, bagaimana kita akan bersaing kalau prinsip sama-sama untung dalam mengembangkan industri kreatif di dalam negeri saja sulit untuk ditegakkan, apalagi dilindungi untuk bisa menjadi bagian penting dalam mengejar kemajuan teknologi komunikasi informasi dan persaingan ketat di tengah arus globalisasi sekarang ini.

Kita pun menyimak di tengah pesatnya pemanfaatan dan penggunaan jejaring sosial memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi informasi telah menghadirkan wiraswasta baru dari berbagai kelas dan lapisan masyarakat. Berbagai situs jejaring sosial, blog, dan sejenisnya muncul menjadi sebuah kekuatan baru berkelana mancanegara.

Semuanya dilakukan tanpa dukungan dan perhatian industri lain yang juga ingin meraup keuntungan dari tersublimasinya industri kreatif dan teknologi komunikasi informasi.

Konvergensi Digital yang Tegar




Ketika ponsel menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, para produsen ponsel pun memanfaatkannya dengan melakukan konvergensi yang luas dan mendalam terhadap produk yang selama satu dekade ini memengaruhi jalannya kehidupan semua orang di bumi ini.

Dalam perkembangannya, ponsel sekarang menjadi komputer pribadi kecil, pemutar video digital kecil, teve kecil, serta pemutar musik digital kecil yang bisa masuk ke dalam saku. Kemajuan teknologi konvergensi melalui integrasi berbagai fitur perangkat keras serta skala ekonomi yang memadai untuk menjadikan berbagai ragam dan kategori ponsel menjadi produk konsumen massal.

Sony Ericsson, produsen ponsel gabungan asal Jepang dan Swedia, tampaknya memanfaatkan momentum konvergensi digital ini secara agresif dengan memperkenalkan berbagai produk ponsel dengan memperkenalkan seri sebagai ponsel musik digital terbaik di dunia. Ini setidaknya tecermin ketika menggunakan ponsel terbaru seri W902 yang memiliki rancangan futuristik dan warna eksotis sebagai ponsel musik high-end.

Dikemas secara istimewa, W902 yang memiliki berat 100 gram dengan layar monitor 2,2 inci (diagonal 5,58 cm) dengan tampilan resolusi 320 x 24 piksel, produk seri Walkman terbaru Sony Ericsson ini adalah ponsel musik digital yang menghadirkan kemewahan bagi para penggunanya.

Tampilan tegar

Kualitas suara yang dihasilkan dengan menggunakan earphone HPM-77 tidak hanya menjadikan W902 sebagai sentra musik digital dengan mobilitas yang tinggi, tapi sebagai perangkat multimedia utuh yang memiliki kemampuan untuk memotret digital dengan kamera 5 megapiksel.

Dilengkapi dengan accelerometer, W902 memungkinkan untuk mengontrol musik digital ataupun foto digital yang ditampilkan secara horizontal ketika ponsel Sony Ericsson ini digerakkan ke sebelah kiri ataupun kanan. Teknologi ini memang sekarang menjadi fitur yang jamak diperkenalkan sejak iPhone pertama kali memperkenalkan otomatisasi perpindahan tampilan layar dari vertikal ke horizontal secara otomatis tergantung dari posisi ponsel.

Di sisi lain, Sony Ericsson memperkenalkan desain yang berbeda menggunakan bahan khusus terbuat dari plastik untuk menghadirkan tidak murah, dengan menambahkan corak yang menonjol di permukaan pada sisi kanan ponsel jenis candy bar ini. Dilengkapi dengan penyimpan data digital M2 Memory Card dengan kapasitas 8GB, W902 seperti ingin meraup keseluruhan esensi multimedia, baik musik, video, maupun foto digital.

Sekilas, rancangannya sangat tegar, seolah-olah ponsel ini ditujukan untuk para pria muda yang menginginkan ponsel dengan berbagai fitur yang tahan banting. Produk Sony Ericsson ini memang terlihat sangat agresif dalam penampilan, baik perangkat keras maupun perangkat lunaknya.

Ponsel W902 dengan warna hijau kelumutan dengan fitur koneksi seluler 3G ini adalah Walkman modern dengan kinerja foto kualitas Cybershot khas Sony yang dikemas dengan tampilan menu graphical user interface (GUI) yang funky sesuai dengan selera orang muda masa kini. Pilihan GUI pun mencerminkan bahwa ponsel Sony Ericsson ini bersiap untuk bersaing di era digital yang penuh dengan warna, musik, video, dan foto sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan. (rlp)

Teknologi Informasi


Transformasi Informasi




Rene L Pattiradjawane

Serangan teroris terhadap kota Mumbai, India, akhir bulan lalu, mengungkapkan betapa kehadiran teknologi komunikasi informasi mampu menghadirkan pola baru taktik dan strategi baru yang disebut sebagai urban terrorism, melakukan serangan frontal selama hampir 3 x 24 jam serta memperkenalkan apa yang disebut sebagai shock and awe warefare.

Terungkap bahwa ada sekitar 10 orang menebar ketakutan dan meneror kota Mumbai memperkenalkan terorisme kosmopolitan yang tidak mewakili prejudisme dan diskriminasi fundamentalisme kepercayaan yang selama ini dikembangkan sebagai sebuah gabungan taktis dan strategi mengemas perangkat teknologi komunikasi informasi dengan foot-soldiers dan seasoned operatives yang terlatih.

Berbagai perangkat teknologi, mulai dari ponsel, teleponi satelit, perangkat global positioning system (GPS), hingga perangkat ponsel push e-mail Blackberry, dikemas dalam serangan frontal yang dikendalikan oleh operator teroris dari jarak jauh yang memanfaatkan siaran langsung teve, peta digital resolusi tinggi, serta penggunaan hi-tech lainnya.

Jenis terorisme perkotaan gaya baru ini menyebabkan 180-an orang tidak bersalah menjadi korban akibat kebrutalan dan kegilaan para pelaku serta 300 orang lainnya luka-luka dan traumatik karena terjebak di dalam sebuah metode serangan yang dirancang dengan perspektif kegilaan yang mengerikan.

Pendekatan simfoni

Serangan terorisme ala Mumbai pada tanggal 27 November lalu menyisakan pesan yang sangat keras dan kuat bagi siapa saja di dunia, ada sekelompok kecil orang bisa mengubah sebuah kota megalopolis dengan penduduk sekitar 15 juta orang menjadi sebuah medan pertempuran setidaknya selama satu hari penuh. Pertanyaannya adalah berapa cepat sebenarnya kemampuan pasukan keamanan untuk menangani situasi seperti ini bila terjadi di berbagai kota besar dunia di mana negara mana saja.

Kita mencatat bahwa serangan ala Mumbai merupakan sebuah pendekatan simfoni dalam arti melibatkan berbagai jenis operasi yang ”dimasak” menjadi sesuatu yang menakutkan. Dan, kehadiran berbagai perangkat teknologi komunikasi informasi di tengah pertumbuhan jejaring sosial yang luas, digitalisasi yang menyenangkan, dan memudahkan kehidupan ternyata mampu untuk sekaligus juga menghadirkan kecemasan.

Secara awam kita memerhatikan perlunya transformasi secara cepat, tepat, dan fundamental terhadap pasukan khusus yang memang dirancang untuk berhadap-hadapan melindungi kepentingan rakyat kebanyakan untuk memberikan rasa aman dan nyaman, menangani terorisme yang terus berkembang mencari bentuk-bentuk yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Transformasi ini membutuhkan pengetahuan, dalam arti berbagai pasukan khusus yang tersedia mampu menggunakan cara-cara teknis yang tersedia dalam arsenal masing-masing untuk melihat, menjejaki, ataupun mencari apa musuh terorisme ini sebenarnya.

Transformasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi informasi memproyeksikan keharusan kecepatan strategis bagi pasukan khusus untuk digelar dalam situasi ataupun dimensi apa pun secepat-cepatnya. Bahkan, transformasi pasukan khusus ini juga harus mampu secara akurat untuk memiliki kemampuan pemukul teroris dengan keahlian surgical strike untuk mengeliminasi terorisme secara cepat.

Artinya, transformasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi harus mampu mengambil keputusan secepat-cepatnya dan menyerang terorisme sebagai bentuk nyata perlindungan terhadap masyarakat secara nyata. Para pemikir strategis dunia pun sudah memprediksikan bahwa kehadiran dan kecepatan teknologi komunikasi informasi telah mengubah perilaku pasukan khusus untuk mulai bergerak dari batas kecepatan suara menuju batas kecepatan waktu untuk menghadirkan rasa aman dan nyaman di tengah-tengah kita.

Bola salju

Secara psikologis, ketika kita semua mengetahui dan menyadari bahwa pasukan khusus antiteror memiliki keahlian dan kemampuan untuk menggunakan dan mengembangkan kecanggihan kemajuan teknologi komunikasi informasi, kita akan merasa aman dan percaya tidak ada gangguan kemasyarakatan yang tidak bisa diatasi.

Rasa aman dan nyaman dengan kecanggihan dan keahlian pemanfaatan teknologi komunikasi informasi secara tidak langsung berdampak bola salju yang mampu untuk mendorong investasi, masuknya modal asing, dan kepercayaan lainnya untuk menggerakkan perekonomian dan perdagangan suatu negara.

Serangan urban terrorism di Mumbai sangat mengandalkan penggunaan teknologi informasi untuk mencapai konklusi serangan secara maksimal. Di masa depan, penggunaan teknologi komunikasi informasi oleh kelompok teroris menjadi sangat intensif karena semua peralatan tersedia di pasar bebas dan merupakan peralatan-peralatan teknologi yang juga kita gunakan sehari-hari.

Kamis, 11 Desember 2008

Komunitas "Online" Itu Aset Digital



Oleh Amir Sodikin

Anak-anak muda semakin tak terbendung lagi untuk kreatif di dunia maya. Tak sekadar bermain-main menjadi konsumen di jagat jaringan sosial maya, seperti menjadi blogger di blogger.com atau menjadi mp’ers di multiply.com, atau menjadi anggota aktif di Facebook, Friendster, Hi5, atau situs jaringan sosial lainnya.

Mereka kini sudah mulai berpikir: bagaimana kalau saya sendiri yang membuat dan mengelola wadah komunitas itu?

Seiring banyaknya potensi anak muda di bidang teknologi informasi, tapi tak semuanya tertampung di pekerjaan formal, maka anak-anak muda kini berjuang sendiri di sektor ekonomi kreatif.

November lalu, Japan-Indonesia Expo 2008 digelar di Pekan Raya Jakarta, Kemayoran. Salah satu booth yang ikut memeriahkan acara itu adalah komunitas Indomanga.com.

Dari namanya, sudah pasti mereka adalah anak-anak muda penggemar manga. Dengan nama yang mudah dieja dan tampak akrab didengar telinga itu, tak salah jika Indomanga berasosiasi dengan komunitas yang digalang serius dengan pendanaan kuat dari sebuah institusi ternama.

Namun, dugaan itu meleset. Indomanga dimiliki oleh perseorangan. Fakta lain: komunitas online ini dikendalikan anak muda dari Pekanbaru, Riau.

Jadi, bukan dari Jakarta? ”Bukan, saya dari Pekanbaru. Web ini saya buat dan saya kelola, dibantu anggota menjadi moderator,” kata Handry Teguh, pemilik Indomanga. Indomanga didirikan sejak 2005. Kini jumlah anggotanya lebih dari 5.200 orang.

Hobi koleksi

Pada dasarnya, Handry adalah tipe anak muda melek teknologi web yang tahu soal nama domain-domain ”cantik”. Domain adalah nama dari alamat web, seperti indomanga.com.

”Saya suka mencari domain ’cantik’. Kalau masih tersedia akan saya beli,” kata lulusan Sistem Komputer Jurusan Robotika dan Sistem Kontrol Universitas Bina Nusantara ini. Maka, dia pun membeli indomanga.com, tanpa tahu akan diisi apa.

Web itu akhirnya diisi dengan forum diskusi terkait dunia menggambar manga. ”Saya akhirnya ikut kursus manga tiga bulan. Pada prinsipnya, saya suka barang-barang seni, film manga, dan anime,” kata Handry.

Handry terkejut, web yang dia bangun ternyata dikunjungi orang. Mereka adalah pencinta manga dari berbagai kota. Web itu pun terus diseriusi walau tak menghasilkan uang.

”Bagi saya, web komunitas itu aset digital. Jadi, saya tak peduli apakah web itu menghasilkan duit atau tidak, yang penting saya bangun komunitas itu, ini semua memang untuk komunitas, bukan untuk komersial,” kata Handry.

Kecintaan terhadap manga berlanjut. Setelah melihat respons bagus dari komunitas, ”Saya akhirnya mendirikan sekolah manga di Pekanbaru, sekarang ada sekitar 80 siswa,” ujarnya.

Koleksi ”online”

Hobi Handry bisa disebut ”koleksi online”. ”Saya suka dengan koleksi online. Banyak domain saya beli. Saya berpikir, domain ’cantik’ itu sebuah aset yang tak ternilai harganya,” katanya.

Walau berpandangan domain itu sebuah aset, Handry mengaku belum pernah menjual domain ke orang lain. ”Jangan dijual, saya tak pernah berpikir menjual aset. Indomanga itu memang aset, tapi saya tak akan menjualnya,” katanya.

Banyak hobi anak-anak muda yang bisa menjadi ”aset” potensial di dunia komunitas online. ”Mengangkat potensi anak muda di dunia online itu sungguh menantang, saya suka dunia ini,” katanya.

Hal yang membuat Handry bersemangat, para anggota juga aktif membantu. Orang-orang yang mengurus pameran di Jakarta adalah para anggota Indomanga yang bekerja sukarela.

”Kegiatan kami nonprofit, banyak yang ingin mengundang kami, tapi terkendala dana karena kami nonprofit,” katanya.

Bisa komersial

Sebelum menekuni Indomanga, dia sudah punya domain lain yang dari sisi komersial cukup menghasilkan. ”Riaujobs.com dan iklanriau.com itu saya yang buat,” katanya.

”Web iklanriau.com sudah menghasilkan, sudah autopilot, artinya web ini memberi penghasilan otomatis tanpa saya banyak bekerja,” kata Handry. Pengguna web iklan itu sudah mencapai 10.000 user sejak 2003.

”Bisnis online itu benefitnya tinggi, sedangkan bisnis offline itu masih mahal modalnya karena itu saya memilih menekuni bisnis online,” kata Handry.

Indomanga.com memang bukan website fenomenal. Traffic web, menurut Alexa.com, peringkat 200.482 dunia. Harga estimasi domain menurut websiteoutlook.com 13.278 dollar AS.

Di atas Indomanga.com masih banyak website komunitas dengan traffic lebih tinggi. Namun, semangat Handry memperlakukan komunitas sebagai aset online yang harus disimpan cukup menjadi kritik pedas buat kebanyakan pengelola portal web besar yang selalu berpikir profit dulu untuk membangun web.

Web komunitas lain yang dikelola anggotanya adalah www.indogamers.com. Suryadi Denis, salah seorang admin web itu, mengatakan, komunitas Indogamers disediakan untuk mereka yang suka dengan game-game online berbasis komputer.

”Web ini untuk komunitas, jadi bukan profit. Namun, kami menyediakan donasi. Dengan donasi, tiap pengguna mendapat keuntungan mengakses server game yang nyaman untuk bermain game online,” kata Denis.

Anggota Indogamers mencapai 118.518 orang. Peringkat lalu lintas pengunjung, menurut Alexa.com, nomor 11.141 dunia. Estimasi nilai aset domain menurut Websiteoutlook.com adalah 217.488 dollar AS.

Kompas MuDA beberapa pekan ini juga mulai membangun komunitas online. Lewat web www.mudaers.com, Kompas MuDA ingin mewadahi anak-anak muda untuk berbagi pengalaman di berbagai bidang.

Kamis, 04 Desember 2008

Mumbai, Jurnalisme, dan Masa Depan Internet

NINOK LEKSONO

”Serangan di India bisa menjadi studi kasus lain tentang bagaimana teknologi mentransformasi warga menjadi reporter potensial, menambah satu dimensi baru pada media berita.”(Brian Stelter dan Noam Cohen, ”New York Times”, 29/11)

Internet sebagai teknologi terbukti ampuh digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari komunikasi personal hingga korporasional, mulai dari perdagangan hingga media. Khususnya untuk yang terakhir, salah satu wujudnya yang telah mapan adalah hadirnya media online seperti Kompas.com.

Dalam perkembangan berikut, muncul fenomena blog, yang aslinya lebih berupa ekspresi personal atas berbagai topik, tetapi dalam perkembangan selanjutnya melahirkan impak yang jauh di wilayah media dan jurnalistik. Bahkan, muncul pertanyaan fundamental, ”Apakah blog menjadi masa depan jurnalistik?”

Jawabannya terpulang pada keyakinan masing-masing, tetapi blog bersama tren lain yang kini juga berkembang, yakni jurnalisme warga (citizen journalism), tak diragukan lagi akan terus berkembang mewarnai perkembangan media.

Salah satu uraian tentang praktik jurnalisme warga yang aktual karena terkait dengan berita utama internasional adalah yang dilakukan Arun Shanbhag ketika terjadi aksi teror di Taj Mahal Palace dan Tower di Mumbai, Rabu (26/11) malam pekan silam. Ia melaporkan apa yang terjadi melalui internet dari teras Colaba Causeway di Mumbai selatan (Lihat Brian Stelter dan Noam Cohen di The New York Times yang dikutip di atas).

Shanbhag sendiri adalah asisten profesor di Harvard Medical School di Boston, yang hari itu kebetulan ada di Mumbai. Karena menyaksikan kejadian itu secara langsung, ia terpanggil untuk berbagi. Lalu, ia pun mengabarkan tentang suara rentetan tembakan dari senapan melalui Twitter dan mengunggah foto-foto yang ia buat dalam blog pribadinya.

Dalam kenyataan, apa yang dilakukan Shanbhag itu hanya satu dari laporan yang ditulis jurnalis warga. Semuanya memperlihatkan bagaimana teknologi sedang mengubah warga menjadi reporter potensial.

Saat aksi teror memuncak, ada lebih dari satu pesan dalam satu detiknya dengan kata ”Mumbai” di dalamnya yang dikirim ke Twitter, layanan pesan pendek yang semula dianggap keanehan, tetapi kini dalam dua tahun berhasil tumbuh menjadi satu panggung berita (news platform).

Pesan-pesan tersebut dan juga lainnya yang dikirim melalui situs web dan juga situs yang digunakan untuk berbagi foto memang terkesan kacau. Namun, itu rupanya sangat berarti untuk menghubungkan orang dari berbagi tempat di dunia.

Sebenarnya apa keunggulan yang ditawarkan media baru ini?

Melalui Twitter, seseorang mendapat umpan (feed) dari banyak orang dalam satu waktu. Selain itu, jurnalis warga juga bisa menghindar dari aturan birokrasi yang dihadapi organisasi media. Misalnya saja batas waktu transmisi video langsung seperti yang dihadapi CNN, yang membuat reporternya lalu hanya bisa mengirim laporan via telepon, padahal stasiun TV berita, seperti CNN, amat mengandalkan gambar video. Sementara kamera dan telepon yang dibawa warga lain, termasuk jurnalis warga, tidak terikat dengan aturan di atas.

Informasi yang dikirim jurnalis warga ini diakui besar artinya pada tahap awal krisis, khususnya ketika informasi resmi baik dari pemerintah maupun media utama masih berusaha menaksir seberapa luas skala serangan.

Informasi tersebut barangkali sedikit, tetapi informasi yang sedikit, menurut guru besar Graduate School of Journalism Columbia University Sreenath Sreenivasan, lebih baik daripada tidak ada informasi sama sekali.

Masa depan internet

Dari uraian di atas tampak internet memegang peranan penting dalam munculnya dimensi baru jurnalisme.

Mereka yang akrab dengan sejarah internet mengetahui bahwa medium ini tumbuh dan berkembang bisa dikatakan bukan sebagai produk akhir. Internet sebagai bukan produk akhir memberi kesempatan luas bagi siapa pun untuk berkreasi di atasnya. Pebisnis dan penemu bisa menggunakannya sebagai papan lontar untuk inovasi selanjutnya.

Kini, ketika internet telah menjadi media utama, muncul desakan untuk mengubahnya menjadi sistem yang sudah mereka kalahkan, yaitu dengan jalan membuatnya tertutup. Artinya, nanti akan tidak ada lagi peluang bagi pihak luar untuk ”main-main” atau merekayasa (tinkering) sistem jaringan ini. Kalaupun tidak sepenuhnya, peluang untuk itu hanya akan dibuka sedikit, di bawah pengawasan ketat (Jonathan Zittrain, ”The Internet is Closing”, Newsweek, 8/12)

Alasan keamanan

Perubahan yang akan terjadi itu sebagian karena adanya kebutuhan untuk menjawab masalah keamanan yang memang biasanya muncul pada teknologi terbuka. Sebagian alasan lain adalah karena bisnis.

Namun, upaya untuk mengubah sistem terbuka menjadi sistem tertutup diperkirakan akan memunculkan inovasi baru yang lazimnya muncul dari akibat tak terduga aktivitas otak- atik, yang sejauh ini telah memberi kita web, pesan cepat (instant messaging), jaringan langsung ke pihak tertentu (peer- to-peer networking), Wikipedia, dan sejumlah inovasi lain.

Langkah penutupan juga akan memunculkan penjaga gawang, yang akan membuat kita, tetapi juga mereka, tawanan bagi rencana bisnis yang terbatas dan juga regulator yang umumnya takut pada hal-hal baru yang mengguncangkan.

Kemungkinan di atas bisa jadi akan menimbulkan gelombang balik yang mengguncangkan. Bisa kita bayangkan berapa harga yang harus dibayar untuk berbagai sistem tertutup yang akan diperkenalkan, sementara pilihan teknologi dan aplikasi mungkin juga akan lebih terbatas.

Namun, konsekuensi hilangnya kreativitas yang selama ini banyak dipicu dengan bebas dan terbukanya internet boleh jadi yang paling mendalam. Kita menilai bahwa internet yang kita kenal selama ini adalah salah satu pembentuk peradaban terbuka dan demokratis yang cocok dengan zaman dan gaya hidup abad ke-21.