Senin, 22 Desember 2008

Teknologi Informasi


Transformasi Informasi




Rene L Pattiradjawane

Serangan teroris terhadap kota Mumbai, India, akhir bulan lalu, mengungkapkan betapa kehadiran teknologi komunikasi informasi mampu menghadirkan pola baru taktik dan strategi baru yang disebut sebagai urban terrorism, melakukan serangan frontal selama hampir 3 x 24 jam serta memperkenalkan apa yang disebut sebagai shock and awe warefare.

Terungkap bahwa ada sekitar 10 orang menebar ketakutan dan meneror kota Mumbai memperkenalkan terorisme kosmopolitan yang tidak mewakili prejudisme dan diskriminasi fundamentalisme kepercayaan yang selama ini dikembangkan sebagai sebuah gabungan taktis dan strategi mengemas perangkat teknologi komunikasi informasi dengan foot-soldiers dan seasoned operatives yang terlatih.

Berbagai perangkat teknologi, mulai dari ponsel, teleponi satelit, perangkat global positioning system (GPS), hingga perangkat ponsel push e-mail Blackberry, dikemas dalam serangan frontal yang dikendalikan oleh operator teroris dari jarak jauh yang memanfaatkan siaran langsung teve, peta digital resolusi tinggi, serta penggunaan hi-tech lainnya.

Jenis terorisme perkotaan gaya baru ini menyebabkan 180-an orang tidak bersalah menjadi korban akibat kebrutalan dan kegilaan para pelaku serta 300 orang lainnya luka-luka dan traumatik karena terjebak di dalam sebuah metode serangan yang dirancang dengan perspektif kegilaan yang mengerikan.

Pendekatan simfoni

Serangan terorisme ala Mumbai pada tanggal 27 November lalu menyisakan pesan yang sangat keras dan kuat bagi siapa saja di dunia, ada sekelompok kecil orang bisa mengubah sebuah kota megalopolis dengan penduduk sekitar 15 juta orang menjadi sebuah medan pertempuran setidaknya selama satu hari penuh. Pertanyaannya adalah berapa cepat sebenarnya kemampuan pasukan keamanan untuk menangani situasi seperti ini bila terjadi di berbagai kota besar dunia di mana negara mana saja.

Kita mencatat bahwa serangan ala Mumbai merupakan sebuah pendekatan simfoni dalam arti melibatkan berbagai jenis operasi yang ”dimasak” menjadi sesuatu yang menakutkan. Dan, kehadiran berbagai perangkat teknologi komunikasi informasi di tengah pertumbuhan jejaring sosial yang luas, digitalisasi yang menyenangkan, dan memudahkan kehidupan ternyata mampu untuk sekaligus juga menghadirkan kecemasan.

Secara awam kita memerhatikan perlunya transformasi secara cepat, tepat, dan fundamental terhadap pasukan khusus yang memang dirancang untuk berhadap-hadapan melindungi kepentingan rakyat kebanyakan untuk memberikan rasa aman dan nyaman, menangani terorisme yang terus berkembang mencari bentuk-bentuk yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Transformasi ini membutuhkan pengetahuan, dalam arti berbagai pasukan khusus yang tersedia mampu menggunakan cara-cara teknis yang tersedia dalam arsenal masing-masing untuk melihat, menjejaki, ataupun mencari apa musuh terorisme ini sebenarnya.

Transformasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi informasi memproyeksikan keharusan kecepatan strategis bagi pasukan khusus untuk digelar dalam situasi ataupun dimensi apa pun secepat-cepatnya. Bahkan, transformasi pasukan khusus ini juga harus mampu secara akurat untuk memiliki kemampuan pemukul teroris dengan keahlian surgical strike untuk mengeliminasi terorisme secara cepat.

Artinya, transformasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi harus mampu mengambil keputusan secepat-cepatnya dan menyerang terorisme sebagai bentuk nyata perlindungan terhadap masyarakat secara nyata. Para pemikir strategis dunia pun sudah memprediksikan bahwa kehadiran dan kecepatan teknologi komunikasi informasi telah mengubah perilaku pasukan khusus untuk mulai bergerak dari batas kecepatan suara menuju batas kecepatan waktu untuk menghadirkan rasa aman dan nyaman di tengah-tengah kita.

Bola salju

Secara psikologis, ketika kita semua mengetahui dan menyadari bahwa pasukan khusus antiteror memiliki keahlian dan kemampuan untuk menggunakan dan mengembangkan kecanggihan kemajuan teknologi komunikasi informasi, kita akan merasa aman dan percaya tidak ada gangguan kemasyarakatan yang tidak bisa diatasi.

Rasa aman dan nyaman dengan kecanggihan dan keahlian pemanfaatan teknologi komunikasi informasi secara tidak langsung berdampak bola salju yang mampu untuk mendorong investasi, masuknya modal asing, dan kepercayaan lainnya untuk menggerakkan perekonomian dan perdagangan suatu negara.

Serangan urban terrorism di Mumbai sangat mengandalkan penggunaan teknologi informasi untuk mencapai konklusi serangan secara maksimal. Di masa depan, penggunaan teknologi komunikasi informasi oleh kelompok teroris menjadi sangat intensif karena semua peralatan tersedia di pasar bebas dan merupakan peralatan-peralatan teknologi yang juga kita gunakan sehari-hari.

Tidak ada komentar: